Senin, 12 September 2022

CYBERPOLITICS SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI POLITIK ZAMAN SEKARANG


Seperti yang kita ketahui saat ini sudah  semakin dekat pemilihan Capres dan Wapres tahun 2024 nanti, dalam hal ini kajian ilmu politik sudah berkembang dari yang bersifat konvensional, yaitu menggunakan sarana kampanye yang bersifat fisik, menuju ke era politik non-konvensional, yaitu penggunaan medium siber. Penggunaan medium siber dalam kajian ilmu politik membuat banyak sektor, seperti demokrasi, keamanan, pertahanan, sosial dan budaya, pendidikan, sampai kampanye politik, dilakukan melalui medium siber

Mau tidak mau Cyberpolitics telah menjadi kampanye politik bagi setiap stake holder politik, terutama bagi mereka yang akan berkontestasi dalam kompetisi pemilihan politik. Aktivisme politik sudah mulai digantikan oleh bentuk komunikasi secara virtual. Cyberpolitics dengan demikian dapat membantu demokrasi berjalan sebagaimana mestinya.

“Oleh karena itu kepekaan masyarakat terhadap cyberpolitics harus semakin tajam karena ditengah ramainya komunikasi politik pada saat ini perlu disaring/disensor terlebih dahulu akan kebenaran dari ini berita-berita yang disajikan oleh berbagai media-media yang isinya berupa kandungan-kandungan  politik”, Ujar pemerhati politik Eddy Kurniawan S.Sos.

Kita harus meneliti kandungan informasi tersebut, bias saja isinya berupa pemalsuan, berita yang tidak benar, berita untuk mengadu-domba. Politik adu domba atau politik pecah belah (devide et impera, bahasa Belanda) sebenarnya adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukkan. Dalam konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat.

Politik adu domba pihak-pihak yang tidak mau melihat negara kita ini aman dan tentram. Mereka menginginkan kita sebagai anak bangsa terpecah belah. Dengan itu, sehingga memudahkan pihak tersebut menggenggam negara ini. Jadi ada  pihak-pihak yang ingin menghancurkan negara ini dan mencari keuntungan akibat kekacauan dan kelemahan yang terjadi akibat politik tersebut.

Teknik yang digunakan adalah agitasi, propaganda, desas-desus, bahkan fitnah. Dan praktik itu menjadi sangat subur di tengah perang media yang bebas tak terkendali. Di tengah media yang sangat liberal, praktik adu domba itu menjadi tontonan sehari-hari. Kita secara vulgar disuguhi berita-berita tentang perseteruan antar kelompok untuk memperebutkan kekuasaan, saling tuding, saling caci-maki, saling sikut dengan intrik-intrik politik yang sangat kasar dan kejam, penggiringan isu dilakukan sedemikian rupa untuk saling menghancurkan.

Untuk itu, pemalsuan oleh media online yang tidak bertanggung-jawab yang terjadi saat ini, mengisyaratkan bahwa politik adu domba diciptakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab wajib kita lawan bersama, kita tidak mempercayai informasi yang disampaikan media online yang berisikan berita-berita palsu.


 

 

Penulis: ek

Sumber :

https://news.detik.com

https://jurnal.dpr.go.id

0 comments:

Posting Komentar

KOMENTAR